- Pengurus TP PKK Selayar Asah Skill Melalui Pelatihan Peningkatan Kapasitas
- Lomba Lagu Religi Berpasangan Jelang Peringatan HKG PKK Ke 51 digelar di Kep. Selayar
- Enam Kades Terpilih Tampil Paparkan Inovasi Di Ajang Lomba Desa Tingkat Kepulauan Selayar
- Delapan Ahli Waris Peserta JKM BPJSTK Terima Santunan dan Beasiswa
- Kedatangan Laskar Muhibah KRI Dewaruci, Pemkab Kenalkan Budaya Kelapa Masyarakat Selayar
- Puncak Hari Jadi ke-418 Selayar, Bupati Basli Ali Paparkan Capaian Pembangunan dalam Tiga Tahun Terakhir
- Festival Budaya Maritim Selayar Dibuka Dengan Berbagai Atraksi Seni Budaya
- Pemkab Selayar Sambut Rombongan Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah KRI Dewaruci
- Tingkatkan Kesadaran Para Ibu, TP PKK Kep. Selayar Laksanakan Gerai Imunisasi Kejar Bagi Bayi dan Balita
- Ribuan Warga Ikuti Jalan Sehat Hari Jadi Selayar Ke 418 Tahun 2023
Sejarah
SEJARAH
Sejarah Selayar - Kabupaten Kepulauan Selayar adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten Kepulauan Selayar adalahKota Benteng. Kabupaten ini memiliki luas sebesar 10.503,69 km² (wilayah daratan dan lautan) dan berpenduduk sebanyak ±134.000 jiwa. Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri dari 2 sub area wilayah pemerintahan yaitu wilayah daratan yang meliputi kecamatan Benteng, Bontoharu, Bontomanai, Buki, Bontomatene, dan Bontosikuyu serta wilayah kepulauan yang meliputi kecamatan Pasimasunggu, Pasimasunggu Timur, Takabonerate, Pasimarannu, dan Pasilambena.
Pada masa lalu, Kabupaten Kepulauan Selayar pernah menjadi rute dagang menuju pusat rempah-rempah di Maluku. Di Pulau Selayar, para pedagang singgah untuk mengisi perbekalan sambil menunggu musim yang baik untuk berlayar. Dari aktivitas pelayaran ini pula muncul nama Selayar. Nama Selayar berasal dari kata cedaya (Bahasa Sanskerta) yang berarti satu layar, karena konon banyak perahu satu layar yang singgah di pulau ini. Kata cedaya telah diabadikan namanya dalam Kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca pada abad 14. Ditulis bahwa pada pertengahan abad 14, ketika Majapahit dipimpin oleh Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanegara, Selayar digolongkan dalam Nusantara, yaitu pulau-pulau lain di luar Jawa yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Ini berarti bahwa armada Gajah Mada atau Laksamana Nala pernah singgah di pulau ini.
Selain nama Selayar, pulau ini dinamakan pula dengan nama Tana Doang yang berarti tanah tempat berdoa. Di masa lalu, Pulau Selayar menjadi tempat berdoa bagi para pelaut yang hendak melanjutkan perjalanan baik ke barat maupun ke timur untuk keselamatan pelayaran mereka. Dalam kitab hukum pelayaran dan perdagangan Amanna Gappa (abad 17), Selayar disebut sebagai salah satu daerah tujuan niaga karena letaknya yang strategis sebagai tempat transit baik untuk pelayaran menuju ke timur dan ke barat. Disebutkan dalam naskah itu bahwa bagi orang yang berlayar dari Makassar ke Selayar, Malaka, dan Johor, sewanya 6 rial dari tiap seratus orang.
Belanda mulai memerintah Selayar pada tahun 1739. Selayar ditetapkan sebagai sebuah keresidenan dimana residen pertamanya adalah W. Coutsier (menjabat dari 1739-1743). Berturut-turut kemudian Selayar diperintah oleh orang Belanda sebanyak 87 residen atau yang setara dengan residen seperti Asisten Resident, Gesagherbber, WD Resident, atau Controleur. Barulah Kepala pemerintahan ke 88 dijabat oleh orang Selayar, yakni Moehammad Oepoe Patta Boendoe. Saat itu telah masuk penjajahan Jepang sehingga jabatan residen telah berganti menjadi Guntjo Sodai, pada tahun 1942. Di zaman Kolonial Belanda, jabatan pemerintahan di bawah keresidenan adalah Reganschappen. Reganschappen saat itu adalah wilayah setingkat kecamatan yang dikepalai oleh pribumi bergelar "Opu". Dan kalau memang demikian, maka setidak-tidaknya ada sepuluh Reganschappen di Selayar kala itu, antara lain: Reganschappen Gantarang, Reganschappen Tanete, Reganschappen Buki, Reganschappen Laiyolo, Reganschappen Barang-Barang dan Reganschappen Bontobangun. Di bawah Regaschappen ada kepala pemerintahan dengan gelar Opu Lolo, Balegau dan Gallarang. Pada tanggal 29 November1945 (19 Hari setelah Insiden Hotel Yamato di Surabaya) pukul 06.45 sekumpulan pemuda dari beberapa kelompok dengan jumlah sekitar 200 orang yang dipimpin oleh seorang pemuda bekas Heiho bernama Rauf Rahman memasuki kantor polisi kolonial (sekarang kantor PD. Berdikari). Para pemuda ini mengambil alih kekuasaan dari tangan Belanda yang di kemudian hari tanggal ini dijadikan tanggal Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar. Tahun Hari Jadi diambil dari tahun masuknyaAgama Islam di Kabupaten Kepulauan Selayar yang dibawa oleh Datuk Ribandang, yang ditandai dengan masuk Islamnya Raja Gantarang, Pangali Patta Radja, yang kemudian bernama Sultan Alauddin, pemberian Datuk Ribandang. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1605, sehingga ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar adalah 29 November 1605.
Kabupaten Selayar yang merupakan salah satu Kabupaten dalam wilayah Provinsi Slawesi Selatan, terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822). Yang kemudian berubah nama menjadi Kabupaten Kepulauan Selayar berdasarkan PP. No. 59 Tahun 2008.
(Dikutip dari Wikipedia)
NAMA-NAMA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR
(SEJAK TAHUN 1965 HINGGA SEKARANG)
Names of The Regent of Selayar
(Since Year 1965 Until Now)
No | Nama | Pangkat / Jabatan | Mulai Menjabat | Selesai Menjabat |
---|---|---|---|---|
1.
|
Abd. Karim | Wakil KPN | 20 Oktober 1951 | 5 Mei 1952 |
2.
|
Muh. Arsyad | KPN | 5 Mei 1952 | 11 Juni 1953 |
3.
|
Abd. Karim | Wakil KPN | 11 Juni 1953 | 14 Agustus 1953 |
4.
|
Djamaluddin | KPN | 14 Agustus 1953 | 18 Juli 1955 |
5.
|
Bustam Dg. Sitaba | KPN | 18 Juli 1955 | 1 Desember 1956 |
6.
|
Marcus Pong Manda | KPN | 1 Desember 1956 | 4 Maret 1960 |
7.
|
Andi Matja Amirullah | Bupati KDH | 4 Maret 1960 | 10 April 1965 |
*
|
Drs. Patta Tjora | Pds. Bupati KDH | 10 April 1965 | 5 Agustus 1965 |
8.
|
Drs. A. H. Dg. Marimba | Bupati KDH | 5 Agustus 1965 | 6 November 1968 |
*
|
M. Amin Dg. Suroresiden | Plt. Bupati KDH | 6 November 1968 | 1 Mei 1969 |
9.
|
Abd. Rauf Rahman | Bupati KDH | 1 Mei 1969 | 25 Januari 1971 |
10.
|
Andi Palioi | Bupati KDH | 25 Januari 1971 | 18 November 1974 |
*
|
H. Andi Bachtiar | Pj. Bupati KDH | 18 November 1974 | 14 September 1975 |
11.
|
Drs. Anas Achmad | Bupati KDH | 14 September 1975 | 16 Desember 1983 |
*
|
Drs. H. A. Achmad Natsir | Plt. Bupati KDH | 16 Desember 1983 | 10 Juli 1984 |
12.
|
Ismail | Bupati KDH | 10 Juli 1984 | 10 Juli 1989 |
13.
|
Drs. Z. Arifin Kammi | Bupati KDH | 10 Juli 1989 | 11 Juli 1994 |
14.
|
Drs. H. M. Akib Patta | Bupati KDH | 11 Juli 1994 | 11 Agustus 1999 |
*
|
H. Mirdin Kasim, SH, M.Si | Pj. Bupati | 11 Agustus 1999 | 29 Desember 1999 |
15.
|
Drs. H. M. Akib Patta | Bupati KDH | 29 Desember 1999 | 29 Desember 2004 |
*
|
H. A. Syamsul Alam Mallarangeng | Pj. Bupati | 29 Desember 2004 | 30 Oktober 2005 |
16.
|
Drs. H. Syahrir Wahab, MM | Bupati | 30 Oktober 2005 | 30 Oktober 2015 |
*
|
Drs. H. Syamsibar, MH | Pj. Bupati | 30 Oktober 2015 | 17 Februari 2016 |
17.
|
H. M. Basli Ali | Bupati | 17 Februari 2016 | Sekarang |